Lubuklinggau Membaca (Digital)
Acara ‘Welcoming Dinner and Opening’ yang bertempat di halaman rumah walikota Lubuklinggau, SN Prana Putra Sohe, saya bersama peserta, pembimbing mau pun panitia Residensi Penggiat Literasi 2019 dijamu dengan keramahtamahan yang luarbiasa oleh tuan rumah.
Dihadiri oleh walikota, ketua DPRD H. Dody Wijaya, Dirjen PAUD Dikmas Kemendikbud yang diwakili oleh Dr. Kastum, rombongan kemendikbud, Sekda H. Rahman Sani, Disarpusipda, para tokoh masyarakat, para pengurus Dewan kesenian, relawan Benny Institute dan para peserta Residensi Penggiat Literasi 2019, suasana gazebo kediaman walikota begitu meriah dengan lagulagu masa kini yang dilantunkan sebagai pengantar acara.
Benny Arnas selaku Direktur Benny Institute menjelaskan bagaimana proses ambil bagian sebagai satusatunya lembaga yang dipercaya mampu menyelenggarakan literasi digital sebagai salah satu tema Residensi 2019.
Konsistensi lembaga bapak tiga anak ini nampak dengan bagaimana ia mengemas berbagai produk tehnologi, informasi dan komunikasi yang berkaitan dengan komunikasi digital, seperti memanfaatkan channel youtube, membuat videografi dan pemanfaatkan website.
Sejumlah acara positif di Lubuklinggau bahkan ada beberapa kegiatan berskala nasional, selama ini selalu disupport oleh pemda Kota Lubuklinggau di bawah komando ‘Kak Nanan’ panggilan akrab walikota Lubuklinggau.
Buku antologi karya alumni ‘Benny Institute Writing Class’ angkatan ketiga adalah salah satu bentuk support beliau bahkan sempat dicetak 3.500 eksemplar dan dirayakan bersama lembaga diaspora Indonesia di 14 negara di Eropa.
Sebelum mengakhiri sambutanya, Benny Arnas memperkenalkan keduapuluh orang hebat peserta Residensi Penggiat Literasi 2019 yang kebanyakan bergerak di beberapa komunitas literasi, kebanyakan berasal dari Jawa Barat serta beberapa wilayah di Sumatera Barat.
Secara pribadi Kak Nanan menyambut baik kehadiran para peserta Residensi 2019 yang sudah mengunjungi Kota Lubuklinggau. Bahkan sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Benny Institute sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Beliau juga bercerita tentang kondisi kota Lubuklinggau yang jauh jaraknya dari ibukota provinsi masih melakukan berbagai terobosan dan inovasi agar bisa meningkatkan pendapatan asli daerah, meski tak memiliki sumber daya alam yang bisa dikelola untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Sebagai upaya membangun sektor perdagangan, industri dan jasa agar lebih maksimal.
Pada periode pemerintahan beliau fokus menjadikan Lubuklinggau sebagai Kota Metropolis, sehingga perlu tambahan empat sektor baru agar bisa meningkatkan sektor jasa, seperti bandara, hotel, kuliner dan wisata.
Beliau juga merangkul pihak swasta sebagai investor agar mau membangun beberapa titik wisata buatan, salah satu hasilnya adalah Bukit Sulap. Sebuah wisata buatan yang berawal dari taman nasional seluas 41 ha yang bisa dikelola selama 50 tahun dan dibangun secara bertahap hingga mampu menjadi ikon wisata baru di Lubuklinggau.
Target antaran utama yang dilakukan pemerintah kota Lubuklinggau adalah program ‘Ayo Ngelong ke Lubuklinggau’ yang akan launching tepat dan memanfaatkan tanggal cantik di tanggal 20 bulan 2 tahun 2020. Dengan maksud menerjemahkan makna ngelong dengan jalanjalan berbagai macam acara pendukung di berbagai titik wisata.
Dr. Kastum sebagai perwakilan Dirjen yang seharusnya membuka acara Residensi 2019 nampak berseriseri, saat disuapi alpukat yang dicampur dengan gula merah oleh Kak Nanan. Ungkapan tersebut terungkap dalam sambutan pertama beliau.
Beliau menjelaskan lahirnya kata residensi diawali tahun 2016 oleh Mentri Kemandikbud dan dicanangkan dalam Gerakan Literasi Nasional, yang membagi menjadi tiga bentuk pergerakan antara lain Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Masyarakat (GLM) dan Gerakan Literasi Keluarga (GLK).
Kemampuan masyarakat secara literasi dasar, yaitu literasi baca tulis dan literasi numerasi atau berhitung. Seiring kebutuhan ddi masyarakat maka ditambah literasi science (ilmu pengetahuan), literasi digital, literasi finansial (keuangan) dan literasi budaya kewargaan melengkapi gerakan 6 literasi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat.
Beliau juga menegaskan bahwa terpilihnya Benny Institute bukan berdasarkan kedekatan emosi mau pun pribadi. Tapi sematamata karena konsistensi lembaga tersebut dalam menggaungkan dan menggerakan kemampuan literasi hingga beberapa kali programnya mampu menembus agenda nasional dan melambungkan nama Benny Institute.
Makan malam dan ramah tamah berlanjut hingga pukul 11 malam tapi terlanjur meresahkan letih tubuh dan kantuk yang tak mampu diganjal oleh tusuk gigi sekali pun 😂😂
Ayo Membaca. Lubuklinggau Membaca. Indonesia Membaca.