Pada Setiap Sore
Pada setiap sore
pada setiap sore
saat orang-orang mengabadikan pacarnya
saat orang-orang lebih takjub pada rona senja
ketimbang seruan tuhan
saat orang-orang mendadak romantis
karena raja siang ingin tidur
sebegitukah tuhan memberi godaan
pada manusia. Tuhan rela mengoreskan tinta
pada kanvas yang terbentang lebar. Tuhan rela mengatur raja siang
tidur tanpa didamping awan-awan kelabu yang buatnya jadi ayu
aku tak tahu lebih dosa mana
takjub pada karya maha pencipta
atau menghiraukan seruan tuhan.
Lubuklinggau,2020
Bingung
Sejak kapan suasana sore sangat dinantikan
Oleh orang-orang segala ras?
Sejak kapan suasana sore bisa jadi
Suasana paling romantis dimuka bumi ini?
Sejak kapan waktu sore jadi waktu dimana segala inspirasi
mengalir begitu deras pada di tiap-tiap kepala penikmat senja?
Dan sejak kapan semua puisi berisi senja?
Lubuklinggau,2020
Hari sudah petang
Hari sudah petang
Kapan kau pulang kasih?
Hari sudah petang
Teh hangat dan pisang goreng sudah tersaji cantik dengan tatakan
Peninggalan ibumu
Hari sudah petang
Seruan tuhan sudah hilang
Hari sudah petang, kasih!
Pulanglah, aku ingin mendengar cerita tentang hari-harimu
Yang kejam, dikejar waktu, dipaksa cantik dimuka umum, hari libur
Yang kau relakan jadi lembur demi saham perusahaan.
Aku tak sabar mendengar dan melihat raut wajahmu kesal
Saat menceritakan segala prahara kerja yang kau kerjai. Karena hal ini aku ingin
Hidup esok hari. Mendengar cerita dan melihat raut wajah kesalmu saat cerita
Hari sudah petang
Pulanglah kasih!
Lubuklinggau,2020
Biodata Penulis,
Ardi Hamonangan Siregar lahir di Lubuklinggau pada bulan November.