Sebagian besar orang Indonesia belum sampai pada tahap menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan yang mendasar. Padahal membaca sangat perlu. Dengan membaca seseorang dapat memperluas wawasan dan pandangannya, dapat menambah dan membentuk sikap hidup yang baik, sebagai hiburan serta menambah ilmu pengetahuan, dengan membaca ibarat dapat membuka “jendela dunia”. Dengan membaca dapat dihindari sikap picik dan fanatisme yang negatif.
Kegiatan membaca menjadi penting dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui membaca seseorang belajar. Dengan membaca seseorang akan memiliki pilihan atau kemungkinan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Tapi nyata kualitas pendidikan di Indonesia masih menghadapi masalah dan bahkan ada indikasi keburaman. Keburaman yang dimaksud dapat dilihat dari hasil survei World CompetitivenessYear Book dari 55 negara yang disurvei kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan yang ke 53. Dampak dari kualitas pendidikan yang rendah ini mempengaruhi Human Development Index (HDI), dari 177 negara HDI Indonesia berada pada urutanke-107. Kualitas pendidikan di Indonesia yang rendah, ternyata dipengaruhi oleh minat baca siswa yang rendah.
Ada banyak faktor yang menyebabkan kemampuan membaca anak-anak Indonesia tergolong rendah. Pertama, ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya perpustakaan dengan buku-buku yang bermutu dan memadai. Bisa dibayangkan, bagaimana aktivitas membaca anak-anak kita tanpa adanya buku-buku bermutu. Untuk itulah, ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya perpustakaan dengan buku-buku bermutu menjadi suatu keniscayaan bagi kita.
Meskipun media sosial dapat dijadikan bahan untuk membaca dan dijadikan metode tapi Secanggih atau sebaik apapun suatu metode membaca tidak akan berhasil jika gurunya tidak mampu melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.
Dengan kata lain, ketersediaan bahan bacaan memungkinkan tiap orang dan/atau anak-anak untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari situlah, tumbuh harapan bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan bacaan. Implikasinya, taraf kecerdasan masyarakat akan kian meningkat; dan oleh karena itu isyarat baik bagi sebuah kerja perbaikan mutu perikehidupan suatu masyarakat.
Kedua, banyaknya keluarga di Indonesia yang belum mentradisikan kegiatan membaca. Padahal, jika ingin menciptakan anak-anak yang memiliki pikiran luas dan baik akhlaknya, mau tidak mau kegiatan membaca perlu ditanamkan sejak dini.
Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Namun, apa sajakah usaha-usaha yang perlu dilakukan guna menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini? Berikut ini akan dijelaskan beberapa usaha untuk meningkatkan minat baca siswa Sekolah dasar (SD):
1. Meningkatkan jumlah dan layanan perpustakaan di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, dengan dibangunnya Perpustakaan Nasional dan perpustakaan daerah (di tingkat provinsi, kecamatan, dan desa).
2. Membudayakan cinta baca mulai dari keluarga, dengan menumbuhkan minat baca sejak dini kepada anak-anak seperti melalui buku cerita atau buku bergambar. Dengan kata lain, bisa membawa anak-anak sering mungkin berkunjung ke pusat-pusat buku, perpustakaan, toko buku, atau bursa(book fair), dan lainnya.
3. Menyediakan progam wajib baca baik dalam keluarga maupun lingkungan sekolah.
4. Orangtua Berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca buku bacaan yang baik.
5. Mengontrol penggunaan media elektronik(TV, Game, Internet) melalui peran orang tua dan guru, dimana guru dan orang tua bekerja sama dengan memberikan pemahaman terhadap anak dengan memberitahukan media elektronik tidak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan konsentrasai.
6. Mengemukakan bahwa sikap ingin tahu intelektual dan bijaksana disertai usaha yang terus menerus untuk menggali pengetahuan baru akan menolong seseorang mengembangkan minat bacanya.