Hai, jadi ini ceritaku tentang wanita kuatku. Setiap anak pasti bangga akan orangtuanya salah satu Ibu. Jadi gini, Ibuku hanya seorang perempuan desa yang hanya lulusan sekolah dasar namun walaupun hanya tamatan sekolah dasar, Ia mempunyai semangat yang tinggi dalam membantu perekonomian keluargaku. Eh, sebelum lanjut cerita kita bahas dulu judulnya ya, “wanita KUATku” semua orang sudah pasti tahu ya arti KUAT itu apa, tapi dalam bahasa daerahku, KUAT juga bisa diartikan teman atau kawan. Jadi, Ibuku seorang yang tangguh dan juga bisa menjadi teman bagiku.
Keluargaku termasuk golongan keluarga biasa-biasa saja, Ayahku seorang petani, gula aren menjadi penghidup keluargaku sehari-hari. Mengandalkan hasil ayahku saja tentu tidak cukup bukan? Jadi Ibuku mengerjakan hal-hal sampingan yang bisa membantu perekonomian keluarga. Apapun pernah Ibuku lakukan, mulai dari menjadi buruh tani, berjualan soto, berjualan sayur, jual beli kopi dan sekarang Ibuku lebih sering berdagang buah keliling. Buah yang Ia jual tergantung musim mulai dari buah duku, rambutan, durian, mangga dll. Setiap pagi Ibuku pergi memcari agen buah untuk membelinya kemudian dijual kembali. Ibuku jualan mulai dari jam 10.00 pagi sampai jam 06.00 sore sebelum magrib.
Ibuku mengelilingi desa ke desa yang lain dengan jarak lebih dari 20 km dari rumah, sambil menjajakan jualannya.
“Duku, Duku 10.000 sekiluuuuu” atau “Duku manis, Duku manis” tergantung buah apa yang Ia jual.
Tak semua wanita bisa sekuat ibuku, jalanan yang Ia tempu untuk menjajakan jualannya itu tak semuanya mulus beraspal tapi ada di salah satu desa yang jalanannya masih berbatuan. Namun itu semua tak mengurungkan niatnya untuk berjualan demi kami anak-anaknya agar bisa hidup dengan layak.
Setiap Ia pulang pasti ada senyuman di wajahnya ketika Ia pulang dengan keranjang jualan yang sudah kosong.
Biasanya dirumah Ibuku selalu mencerikan setiap kejadian-kejadian yang Ia alami saat berjualan tadi siang. Betapa sakitnya hatiku saat Ia bercerita bahwa saat dijalan motor yang biasanya Ibuku bawa untuk berjualan terjatuh dan semua barang dagangannya berhamburan dan saat itu Ia sedang berada dijalanan sepi dan dikelilingi hutan. Satu per satu Ia merapikan dagangannya. Aku langsung berpikir “ya Allah, bagaimana kalau tadi ada orang yang berniat jahat pada Ibuku, aku tidak bisa membayangkannya”. Aku sangat bersyukur tidak terjadi apa-apa terhadap Ibuku.
Tidak hanya mendengarkan ceritanya, Ibuku juga selalu menanyakan ceritaku malai dari apa yang aku perbuat seharian ini, apa saja yang terjadi dikampusku. Setiap aku punya masalah, orang yang paling nyaman buat bercerita itu pasti Ibuku, sudah seperti teman bagiku.
Aku tak punya kata-kata yang banyak untuk mengungkapkan betapa hebatnya Ibuku, karena menurutku perjuangannya tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
Lubuklinggau, 06 Oktober 2020.