Film Dokumenter Dayang Torek Resmi Diproduksi
Setelah melalui riset 12 tahun, film Dokumenter Dayang Torek akhirnya siap diproduksi.
Pada 23 September 2021, Benny Institute selaku rumah produksi mengadakan syukuran sebagai awal dimulainya produksi.
Film ini direncanakan akan memakan waktu 4 hari rapat persiapan, 12 hari syuting, dan 30 hari pascaproduksi.
Syuting film ini akan mengambil lokasi syuting di Lubuklinggau, Musirawas, dan Muratara. Empat belas orang narasumber yang berasal dari kalangan budayawan, seniman, filolog, sastrawan, dan pekerja media akan dilibatkan.
Tidak main-main, film ini melibatkan total 30 orang tim produksi dengan rincian: 15 orang dalam tim produksi dari Benny Institute dan 15 orang freelance atau relawan.
Film yang disutradarai Dede Yonas Saputra ini adalah karya puncak dari rentetan wahana yang menampilkan Dayang Torek. Pada 2009, versi cerpennya yang beerjudul “Kembang Tanjung Mahkota Tujuh” termaktub dalam kumpulan cerpen Bulan Celurit Api karya Benny Arnas. Benny Arnas menulis sekaligus menyutradari teater di bawah tajuk “Kembang Tanjung Mahkota Tujuh” pada 2015 dan “Bila Mencintai Dayang Tari” (2018). Pada 2019, film Dayang Torek mulai diproduksi, tapi berhenti di tengah jalan karena sumber daya materi yang tidak memadai.
Tahun 2021 ini, dengan dukungan Kemdikbudristek, Dayang Torek akhirnya diproduksi.
Hingga tulisan ini diturunkan, Benny Institute telah mengantongi izin proses produksi dari Satgas Covid-19 Lubuklinggau, Musirawas, dan Musirawas Utara.