Menenun Kata-Kata
Catatan Perjalanan Oleh : Tampu Bolon Suvardi
Bagaimana rasanya menenun Kata-Kata?
Ya aku saja bingung bagaimana menenun Kata-Kata ini. Merapikan, memadu-padankan antara benang yang satu dengan lainnya,motif bunga,akar,daun,pohon atau apapunlah sehingga menjadi batik begitu atau kain yang saban fajar dikenakan laki-laki tua itu ke mushola pinggir sungai hanya untuk menjemput doa-doa yang bergelantungan.
Fajar sudah habis diteguk oleh cerahnya hari yang sampai ke muka, jam sudah menunjukkan pukul 11.40 saja dengan tergesa-gesa ku bereskan buku-buku filosofi yang tiap jusnya sudah selesai kubaca, suara dering telepon bersauh dari dalam kamar benar saja Lidia yang telphon, Vardi bukankah kamu ada kelas hari ini? Oh..Ya Tuhan aku benar-benar lupa Dia, ah kamu Vardi lupa adalah kelaziman bagimu ya hmmm, ah tidak juga begitu Dia, halah Vardi jika tak kuingatkan takan kau berangkat ke Lubuklinggau itu hanya untuk berikhtiar menenenun kata-kata ucapmu waktu itu, terima kasih Dia untuk semua hal yang kau jaga hingga detik ini. Ya sudah sama-sama, selagi menulis itu membahagiakan bagimu maka teruskanlah jangan pernah menyerah, jika kau berlama-lama tidak menulis hanya untuk menunggu Mood saja. Ya Tuhan betapa sempitnya imajinasimu dengan tempurung bernama Mood itu, ayolah berjalanlah temukan apa saja dari jejak langkahmu tulislah saat itu juga karena menulis dengan segera ibarat mengunyah lemang tiap hari raya di olesin gula durian aduhai manisnya sampai ke ulu hati.Ah Dia bisa pula begitu ya, ya bisalah membahagiakan sekali bukan,ini bukan soal membahagiakan Dia kamu itu seperti pengamat sastra saja, menulis juga nga tapi lagakmu sudah seperti penulis hebat saja, hey Vardi aku memang bukan penulis tapi hanya tukang cerita saja hahaha. Sudah Vardi matikan telphonnya berangkatlah nanti kamu telat, alamakjang sudah jam 12.06 saja Vardi pergi ya Dia, ok hati-hati Vardi.
Hari sudah menunjukkan pukul 12.30 aku masih dipinggir jalan ini menunggu travel, ah benar saja travel avanza biru Dongker itu berhenti tepat didepanku, mau kemana mas, ke Lubuklinggau, kegiatan apa mas, kelas menulis bang ok silahkan naik mas kursi belakang saja ya. Aku duduk dikursi belakang dengan perempuan cantik muka bak telaur angsa aduhai serasi kali jilbab abu-abunya dengan wajah cantiknya ini, ke Lubuklinggau ngapain kakak, ikut kelas menulis dek oh semoga sukses ya kakak headset masih saja betah ditelingaku aku dengarkan lagu ku peluk hatimu dari Noah Band sembari menemani perjalananku ini, mobil berhenti mendadak didepan jalanan padat kelakson mobil bersahutan pertanda semuanya ingin cepat sampai, apa yang mau sampai mas kalian lihatlah disebelah kanan ini, aduh benar saja dampak sedang berusaha memadamkankan kebakaran hutan tapi apinya kian membesar saja, tapi mobil yang aku tumpangi masih terus melaju dibelakang mobil-mobil yang lain. kucari-cari headset ternyata sudah terjatuh saja didepan kursi ini tepat dibawah kaki perempuan ini pula, aduh yang benar saja dek headset kupecah ini, bukan saya kakak ah kamu nga ngaku lantas kenapa headset ini dibawah telapak kakimu jika tidak kamu yang menginjaknya, sumpah kakak aku nga sengaja, sengaja ataupun tidak kamu harus ganti headsetku, apa maksudmu kakak aku harus ganti kau dengarlah aku ya tak akan kuganti headsetmu toh aku tidak sengaja, dasar perempuan tidak bertanggungjawab kamu ya jika tak kamu ganti headsetku kubuat perhitungan atau kubuat hidupmu tak nyaman kemanapun kamu pergi ku iringi terus langkahmu. Ya sudah berapa kamu beli headset ini lagian headset bagus juga nga dirumahku banyak headset seperti ini, ah lagakmu bukan persoalan banyak tapi headset ini sudah bertahun denganku, eh tiba ketemu kamu jadi malapetaka begini, sudah-sudah berapa headset ini biar kuganti, berapa harganya headset ini? Cuma 50.000 ribu rupiah, hahaha cuma 50.000 ribu saja lagaknya sudah seperti mau mutilasi orang saja kamu, hey bukan begitu bukan soal harganya tapi headset ini banyak sekali kenangannya paham kamu!! Kamu yang rusak ya harus gantilah jangan nyerocos saja mulutmu itu! cantik-cantik ko begitu kamu yang begitu kalau dari tadi berkompromi baik-baik toh masalahnya tidak akan sepanjang ini, sudah diam kalian berdua, jika tidak juga diam saya turunkan kalian sekarang.
Alamakjang! kuperhatikan benar-benar supir travel ini ternyata aku pernah naik travel ini sebelumya dengan wajah gembira berharap sepatu yang teringgal itu kembali, kutanyakan Mas pernah nemuin sepatu casual warna hitam nga di belakang kursi depan sebelah kiri mobil mas ini, lah emang kamu pernah naik travel saya sebelumnya, ya mas pernah 4 bulan yang lalu waktu saya dari Muratara mau ke Bengkulu saya turunnya di depan rumah sakit Dr. Soebirin waktu itu, aduh sepatu itu ya maaf saya benar-benar lupa saya tarok di bagasi belakang waktu itu pas saya buka lagi esoknya sepatu itu sudah nga ada tapi sempat saya simpan rapi. Yah.. gimana ya mas sepatu itu baru pula dibeli tapi hilang pula, lah kamu tidak menjaganya baik-baik main acara lupa pula kamu ini, ah..ayolah mas harus ganti jika ada sesuatu yang hilang dimobil mas ini bukannya komitmen travel seperti itu kan, ya memang begitu bagaimana mau kuganti, penumpang saja sepi hari ini, tidak! mas harus ganti sepatu saya mas harus bertanggungjawab apa katamu mau minta ganti, bagaimana saya mau mengantinya kamu yang lupa ko saya yang ganti, tidak bisa jawab enteng seperti itu mas jika tidak lupa dan hilang di mobil mas ini saya tidak akan minta ganti, paham kau! turunkan saya sekarang juga, mana ongkosmu, sebelum sepatu itu dapat tidak akan saya bayar ongkos ini paham kau! Travel itu melaju.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.40 kelas menulis sebentar lagi dimulai, aduh sudah terlambat aku sudah tak ingin lagi masuk sangking ke malunya. Travel kijang Inova hitam berhenti lalu aku naik travel melaju dengan cepat demi membayar emosi yang berkabung ini aku memilih menenangkan diri saja, eh tiba-tiba travel berhenti di Pom bensin Petanang yah..bang saya sudah terlambat ini bisa cepatkah? Sebentar dek bensinnya habis mogok kalo nga disi ya kan. Tak terasa perjalanan sudah lewat depan rumah sakit Dr. Soebirin saja, kamu berhenti dimana saya berhenti didepan Bank Sumsel Babel saja bang, berapa bang, 30.000 ribu apa 30 ribu ini mah ongkos sama besarnya dengan ongkos ke Sarolangun Jambi bang sudah bayar saja 30 ribu, nga mas saya bayar 20.000 saja mau diterima atau nga terserah ini uangnya, hey awas kau ya jangan lagi naik travel saya tidak akan lagi bang, ongkos 20.000 minta bayar 30.000 pula. Ok saya pastikan tidak akan naik travel ini lagi. Paham!
Kelas menulis sudah lama dimulai dengan nafas tergesa-gesa saya duduk dikursi diantara peserta kelas menulis lainnya aduh ya sudah saya terlambat kali ini. Setelah kelas menulis selesai Dia telphon Vardi masih di Lubuklinggau kah, ya masih Dia, ini mau pulang. Vardi senja baru saja berpulang sudah selesaikah kamu menenun Kata-Kata hari ini?
Karang Anyar, 15 September 2019