SKENARIO MASA DEPAN ALA SAINTIS (Esai Lingkaran Kopdar #11)
(HIDUP ABADI & MESIN WAKTU)
Oleh Yuhesti Mora
Pernahkah kalian membayangkan apa yang akan terjadi 10 tahun atau bahkan satu abad dari sekarang?
Pada masa kecil, saya selalu dibayang-bayangi oleh kartun Doraemon yang menggambarkan dunia masa depan yang sangat canggih—ketika hidup cukup dengan pil dan aktivitas sehari-hari lebih banyak dikerjakan robot. Lalu hari ini, saya bisa saksikan bagaimana Sophia, robot pertama di dunia yang memperoleh kewarganegaraan, berpidato di rapat PBB. Dan dewasa ini juga, di era internet of things, handphone adalah sesuatu yang tidak asing bagi kita semua. Dengan handphone pula informasi mudah kita terima dan kirim kepada orang lain. Jarak bukan lagi sesuatu yang merisaukan kita ketika dalam hitungan detik kita bisa mengajak bicara siapa saja yang ingin kita ajak bicara tak peduli di manapun ia berada yangmana ini semua tiga puluh tahun atau bahkan ratusan tahun yang lalu hanyalah khayalan umat manusia saja.
Bayangkan jika salah satu dari kita dapat pergi ke masa lalu atau salah satu dari orang-orang di masa lalu dapat pergi ke zaman sekarang (seperti halnya Doraemon dan Nobita). Maka orang-orang di jaman sekarang akan tampak seperti dewa bagi orang-orang di masa lalu. Dan jika kita, orang-orang yang hidup di masa sekarang dapat membuktikan bahwa apa yang dianggap khayalan bagi umat manusia ratusan tahun lalu itu bukan sekedar khayalan (Ponsel, robot dan sebagainya), maka apa salahnya jika umat manusia sekarang berandai-andai tentang hidup abadi dan mesin waktu?
Saya akhirnya paham kenapa Einstein bilang bahwa Imajinasi itu lebih penting ketimbang pengetahuan. Karena imajinasi membawa kita jauh melampaui pengetahuan yang telah kita ketahui. Maka berikut ini adalah hasil daya imajinasi para saintis tentang skenario masa depan umat manusia.
Immortality (Hidup Abadi)
Dalam sebuah film dokumenter sains, skenario untuk hidup abadi ini berangkat dari sebuah hipotesis di mana manusia dianalogikan sebagai mobil. Sebagaimana yang sama-sama kita ketahui bahwa mobil-mobil dan juga alat-alat otomotif lainnya memiliki onderdil-onderdil yang dapat diganti jika ditemukan adanya kerusakan-kerusakan. Dan seperti halnya mobil-mobil tersebut, para saintis berhipotesis bagaimana jika onderdil-onderdil manusia yang dalam hal ini biasanya disebut sebagai organ juga dapat diganti, apakah lantas itu dapat membuat seorang manusia dapat hidup abadi?
Untuk memahami itu semua, saya akhirnya memikirkan daftar beberapa sebab musabab kematian. Ada yang meninggal karena fungsi tubuhnya telah menua, ada yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas, ada yang meninggal karena bencana alam, ada pula yang meninggal karena kejadian-kejadian tak terduga—misalnya terpeleset kulit pisang—dan kematian yang dipilihnya sendiri alias bunuh diri.
Dari sejumlah cara tersebut—sejauh yang saya dengar—orang-orang membaginya ke dalam dua kategori, yakni kematian karena faktor human error dan takdir. Contoh faktor yang pertama misalnya kecelakaan pesawat. Saya sering mendengar komentar begini, bahwa ini salah manusianya dan sebenarnya bisa dihindari yang mana terdengar ganjil bagi saya.
Bagaimana pula cara menghindari kematian? Bagaimana kita akan tahu kalau beberapa jam kemudian pesawat yang kita tumpangi mengalami gagal mesin—entah hasil perbuatan siapa pun itu.
Ketika terjadinya kecelakaan dan banyak nyawa melayang, tidak ada satu cara pun yang dapat ditempuh untuk mengembalikan nyawa orang-orang yang telah tiada. Memperbaiki kesalahan yang terlanjur dibuat pun hanyalah untuk menghindari tragedi serupa. Oleh karena itu, saya lebih menyukai konsep bahwa tragedi itu—apa pun bentuknya, memberikan kita pelajaran. Dan perihal kematian, entah ia datang dengan cara apa pun, ia seperti bayangan—dekat dan dapat menerkam kapan saja. Kira-kira beginilah mindset yang sudah mengakar di pikiran saya bertahun-tahun.
Saya akui konsep kematian itu di luar jangkauan kita semua. Ada banyak hal yang tidak serta merta bisa kita pahami. Oleh karena itu, saya paham bahwa para saintis berusaha mengeliminasi daftar sebab musabab lainnya yang tak terjelaskan dan memfokuskan diri pada beberapa sebab saja (yang tampaknya dapat dijelaskan oleh mereka). Di dalam ranah penelitian itu biasanya disebut sebagai batasan penelitian. Dan dalam hal ini kematian yang dimaksud adalah sebab kematian yang dapat di”tunda” dengan menggunakan teknologi yang sudah, sedang dan akan dikembangkan.
Teknologi-teknologi yang dimaksud ada di banyak sektor. Yang pertama di kedokteran dewasa ini. Kita telah mengetahui adanya transplantasi organ yaitu cangkok atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang lain pada tubuh yang sama, terapi stem cell, yang adalah terapi yang menggunakan sel punca—sel biologis yang menjadi jejak utama DNA—yang dapat meremajakan diri dan menghasilkan lebih banyak sel untuk sumber pembentukan sel baru. singkatnya sel ini bertugas untuk memastikan setiap sel usang diganti dengan sel baru dengan jenis dan fungsi yang sama. Oleh karena itu sel ini dapat digunakan untuk mempertahankan potensi perkembangan membentuk turunan dari embrio, termasuk epitel usus, tulang rawan, otot polos, dan otot lurik, epitel saraf, ganglia embrionik, serta epitel skuamosa bertingkat. Sifat sel inilah yang berguna dalam biologi perkembangan manusia, penemuan obat dan transplantasi. Dengan terapi stem cell memungkinkan pasien sembuh dari berbagai macam penyakit berat seperti jantung koroner, gagal jantung, diabetes, patah tulang gagal sambung, tulang yang hilang karena kecelakaan, osteoarthritis, cedera tulang rawan, spinal cord injury, glukoma, luka bakar hingga kaki diabetik, dan artificial intelligence yang penerapannya ada diberbagai macam bentuk yang beberapa diantaranya adalah,
- Operasi Robotik
Robot menganalisa data dari catatan medis sebelum operasi untuk memandu dan mengarahkan ahli bedah selama operasi. Ini dapat mengurangi jumlah pasien yang dirawat inap sebanyak 21 %. Pembedahan dengan bantuan robot dianggap “minimal invasif” sehingga pasien tidak perlu menunggu lama untuk sembuh dari luka sayatan. Melalui kecerdasan buatan, robot dapat menggunakan data dari operasi sebelumnya untuk menginformasikan teknik bedah yang baru. Sebuah penelitian yang melibatkan 379 pasien ortopedi menemukan bahwa prosedur robotik yang dibantu oleh AI menghasilkan komplikasi lima kali lebih sedikit dibandingkan dengan ahli bedah yang beroperasi sendirian. Robot-robot yang pernah digunakan yaitu Da Vinci pada operasi mata dan Heartlander pada pembedahan jantung.
- Asisten Keperawatan Virtual
Asisten keperawatan virtual ini adalah sebuah aplikasi yang akan berinteraksi dengan pasien hingga mengarahkan pasien ke pengaturan perawatan yang paling efektif. Karena perawat virtual tersedia 7 x 24 jam, makanya dapat menjawab pertanyaan, memantau pasien dan memberikan jawaban dengan lebih cepat. Aplikasi ini memungkinkan komunikasi yang lebih teratur antara pasien dan penyedia layanan kunjungan kantor untuk mencegah pendaftaran kembali rumah sakit atau kunjungan rumah sakit yang tidak perlu.
- Bantuan Penilaian Klinis atau diagnosis
AI digunakan untuk memprediksi harapan hidup seseorang menurut analisa medis. Pendeteksiannya menggunakan teknik algoritma, lalu membuat sebuah observasi dan prediksi. Algoritma akan mempelajari jenis penyakit yang lebih kompleks dengan melihat kondisi beberapa organ tubuh manusia dengan cara menganalisis apa yang dikatakan, nada suara dan suara di latar belakang dan mendeteksi serangan jantung dengan tingkat keberhasilan 93 % dibanding dengan 73 % untuk manusia.
Kedua, di bidang otomotif ada teknologi otonom yang memungkinkan mobil dapat berjalan sendiri tanpa pengemudi. Fitur yang tersedia pada teknologi ini secara otomatis menjalankan mobil. Ia juga mampu melakukan evaluasi kondisi lalu lintas yang ada, membuat keputusan, lalu kemudian baru mengambil langkah selama melaju pada jalan bebas hambatan. Langkah yang dilakukan di antaranya yaitu mengubah jalur serta mempertahankan jarak aman. Bukan hanya itu, sistem juga mampu melakukan pengereman dan akselerasi secara otomatis. Mobil autonom sudah dipasarkan oleh Tesla dan diikuti oleh beberapa pabrikan mobil lainnya seperti Peugeot Citroen dan Hyundai.
Ketiga, teknologi yang dapat mendeteksi bencana alam yaitu
- SIJAGAT, Teknologi Kajian Keandalan Gedung Bertingkat Terhadap Ancaman Gempa Bumi. Teknologi ini digunakan untuk mengukur keandalan sebuah gedung terhadap ancaman gempa bumi, dan memberikan solusi berupa rekomendasi teknis. Cara kerja teknologi ini ialah dengan pengukuran di lapangan. Data-data yang diperlukan adalah pengukuran dimensi yang didapatkan melalui lebar kolom dan jarak antarkolom sebuah gedung. Lalu dibutuhkan pula jumlah lantai, bentuk gedung, fungsi serta tahun desain. Alat profometer akan digunakan untuk mengukur baja tulangan.
- SIKUAT, Teknologi Monitoring Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi. Merupakan sistem monitoring kesehatan gedung yang dilakukan dengan dipasang di gedung dan dapat segera diketahui hasilnya. Kegunaannya setelah terjadi gempa, untuk mengetahui apakah gedung masih aman atau tidak untuk ditempati.
- Sistem deteksi dan peringatan dini gempa dan tsunami melalui teknologi cable base tsunami meter. Merupakan teknologi maju yang dapat memberikan informasi gempa bumi dengan lebih cepat dan akurat, serta mampu mendeteksi adanya tsunami.
- Rumah Komposit Polimer Tahan Gempa, merupakan solusi Teknologi Rumah Tahan Gempa – BPPT yang menekankan kepada kekuatan bangunan melalui teknologi Polimer dan kecepatan pembangunan. Plastik jenis busa atau gabus menjadi bahan utama. Plastik itu diolah sedemikian rupa sehingga lebih keras jika dibandingkan dengan busa-busa pada umumnya. Kemudian, dicetak dalam bentuk lempengan panel dengan ketebalan sekitar 5cm. Busa itu ditutup dengan plastik fiber. Dengan menyiapkan dalam bentuk panel-panel, membuat rumah bisa dilakukan dalam waktu sehari. Jika kondisi darurat, komponen bangunan dapat diangkut secara cepat dan mudah.
- Polintek – Anti seismic Poliymer Technology. Sebuah solusi teknologi yang ditawarkan mitra BPPT, PT Darta, yang mengembangkan teknologi maju di bidang polimer, sebagai bahan tahan goncangan (Anti – Seismic).
- Teknologi Non Structure Rapid Assessment. Merupakan teknologi berbasis mobile yang merupakan sistem penilaian bagi kesiapan sebuah gedung dalam memberikan keselamatan kepada orang-orang yang berada di dalamnya.
- Rapid-Timer, hasil kolaborasi BPPT dengan Panasonic Gobel Indonesia. Merupakan teknologi yang melakukan pemetaan aktual, baik daerah terdampak bencana, jumlah korban, ataupun juga untuk memberi informasi kebutuhan logistik bantuan serta akses jalan untuk distribusi bantuan bagi korban bencana di lokasi evakuasi menggunakan teknologi mobile BTS.
- Berbagai teknologi yang bermanfaat pada kondisi tanggap darurat seperti Biskuit Neo (Biskuit tahan lapar). Biskuit Neo dibuat dari tepung ubi kayu, ubi jalar, jagung, tempe dan gula. Memiliki kandungan ± 500Kkal/100gr atau ± 25 persen dari kebutuhan konsumsi harian bagi para pengungsi. Dengan memakan empat bungkus biskuit, korban tak cuma akan kenyang tetapi juga tercukupi kebutuhan nutrisinya sepanjang hari.
- Kemudian, instalasi Arsinum (air siap minum) yang sempat digunakan untuk korban gempa Lombok. Air bahan baku disedot dari sumur melalui pompa yang ada di perangkat Arsinum. Lalu, air melalui proses penjernihan dan pengolahan sampai siap minum. Mulai dari proses ultra filtrasi sampai reverse osmosis (RO). Pengolahan air menghasilkan dua jenis air. Pertama, air siap minum dan kedua, air kotor. Umumnya, perbandingannya adalah 50:50. Nilai perbandingan tersebut bisa berbeda-beda tergantung kualitas bahan baku airnya.
Dan ada banyak lagi teknologi-teknologi lainnya yang sudah, sedang dan akan berkembang. Makanya saya tergoda untuk bertanya juga bagaimana jika setiap bagian yang rusak dari tubuh seseorang dapat diganti? Bagaimana jika dengan semakin majunya peradaban, teknologi otomotif yang dibuat manusia dapat menjamin keselamatan penggunanya, teknologi pendeteksi bencana alam dapat selalu memprediksi secara akurat dan cepat, teknologi robotik yang barangkali berupa chip yang ditanamkan di otak kita—atau sekadar robot pelindung—dapat menghindarkan manusia dari peristiwa-peristiwa tak terduga sehari-hari, Bagaimana jika manusia selalu memiliki harapan hidup yang besar, apakah itu berarti jadwal kematian secara otomatis dapat ditunda?
Dan hal yang mengesankannya lagi bahwa para saintis tidak hanya ber”modal”kan transplantasi organ, terapi stem cell dan teknologi-teknologi lainnya untuk berpikir bahwa mereka dapat mewujudkan “hidup abadi” bagi kita semua di masa depan. Jika selama ini organ yang ditransplantasi adalah milik seseorang—dengan risiko ketidaktersediaan dan penolakan, kini mereka mengembangkan teknologi untuk membuat organ dengan sel tubuh orang itu sendiri, sehingga tidak akan ada risiko penolakan dari tubuh. Kelak akan ada sebuah tempat untuk mem-print organ seperti jantung, paru-paru, bahkan mungkin otak.
Mesin pencetak organ itu dinamai bioprinter. Mesin ini menggunakan sel manusia sebagai “tinta”. Printer 3D standar menumpuk lapisan plastik untuk menciptakan komponen mobil, misalnya. Bioprinter menumpuk sel untuk membentuk jaringan atau organ tiga dimensi.
Untuk menciptakan telinga, printer meletakkan perancah lentur berpori, terbuat dari hidrogel, semacam polimer. Perancah itu diselimuti sel kulit dan sel tulang rawan yang tumbuh dan mengisi cetakan berbentuk telinga. Hidrogel pun mengalami biodegradasi. Sekitar enam bulan kemudian, telinga itu sepenuhnya terdiri dari sel manusia. dan karena sel yang digunakan berasal dari sel pasien sendiri makanya organ baru tersebut tidak ditolak oleh tubuh.
Dilansir dari laman daring National Geographic Indonesia di laboratorium Wake Forest Institute for Regenerative Medicine di USA, peneliti telah menumbuhkan kandung kemih, pembuluh darah dan sejumlah organ tubuh lainnya yang telah berhasil dicangkokkan ke tubuh pasien.
Sampai di sini, jadi terdengar menarik bukan? Apakah umat manusia di masa depan benar-benar dapat hidup abadi seperti yang mereka imajinasikan? Katakanlah hal ini dapat terjadi di kemudian hari, maka permasalahan berikutnya yang akan kita hadapi adalah ledakan penduduk. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan ini kita akan lanjut ke skenario berikutnya.
Time and Space Travel (Mesin Waktu)
Sudah sejak bertahun-tahun lalu para saintis telah memperdebatkan tentang akhir dunia. Bersandarkan pada teori penciptaan semesta yang disepakati, yaitu big bang, ledakan maha besar menggerakkan semua materi dan energi yang membentuk alam semesta kita. Tatanan ruang dan waktu itu dimulai dan seketika menyebarluas dengan laju lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Saat itulah inflasi kosmik mulai terjadi menurut Stephen Hawking. Inflasi Kosmik adalah pengembangan eksponensial alam semesta muda.
Sebagaimana hasil perhitungan simulasi dan pengamatan para fisikawan, alam semesta telah dan terus berkembang dengan luasan yang lebih besar dari yang pernah bisa kita amati. Inflasi kosmik memastikan adanya wilayah-wilayah ruang semesta ketika ekspresi cahayanya belum lagi mencapai wilayah amatan kita. itu berarti selalu ada sesuatu yang terjadi di luar batas alam semesta yang teramati, wilayah yang tidak dapat diamati oleh teleskop manusia.
Dalam makalah A Smooth Exit from Eternal Inflation? [ditulis bersama Thomas Hertog], kosmolog besar itu menyampaikan pandangannya, adanya fakta jagat raya terkembang di luar batas perkiraan memunculkan tesis adanya semesta yang jamak. Konsep universe (semesta junggal) tak lagi valid dipertahankan. Sudah waktunya kita berpikir adanya semesta yang multiverse.
Beberapa model teori Big Bang memprediksi bahwa inflasi yang merentang ruang pada awal waktu juga menghasilkan jumlah ‘alam semesta saku’ (universe pocket) yang tak terbatas, dipisahkan oleh daerah-daerah yang tidak dapat dilewati satu sama lain.
Dalam pandangan ini, eksistensi menyebar seperti gambar fraktal, dan ada sudut yang tak terhitung jumlahnya di mana alam semesta saku dapat berada. Di alam semesta tersebut, iterasi yang tak terhitung jumlahnya hadir dalam perjalanan waktu dan berkembangnya seluruh jagat raya, masing-masing memiliki sedikit varian berbeda dari yang lainnya. Ekspresi semesta saku itu beragam warna dan karakteristiknya. Ada yang tampak hijau. Ada yang putih, ada yang tampak seperti pizza. Sementara itu, hukum-hukum fisika dasar sepertinya tidak lagi berlaku.
Semua itu menimbulkan beberapa kebingungan. Untuk itu, Stephen Hawking, seorang fisikawan, menawarkan jalan keluar dari konsep inflasi abadi (eternal inflation) agar kita dapat memahami alam semesta secara rasional dengan pandangan fisika.
Dalam makalah terakhirnya, Hawking berpendapat bahwa keberadaan multiuniverse dapat lebih sederhana. Ruang maha luas itu tidak menelurkan dunia yang terpisah dengan jumlah yang tak terhitung. ‘’Mungkin ada lebih dari satu alam semesta, tetapi bukan jumlah yang tak terbatas,’’ tegasnya. Dan temuan terakhir ini, sebenarnya dia sangat berharap: para fisikawan lain dapat memiliki kesempatan untuk memahami hukum alam kita secara lebih dalam.
Singkatnya teori teranyar yang diajukan para saintis ini adalah konsep multiverse, bukan lagi universe—yang berarti semesta itu lebih dari satu. Alam semesta kita ibarat gelembung kecil di antara banyak gelembung yang dipisahkan gelembung besar. Beberapa alam semesta mempunyai kemiripan dengan alam semesta yang kita huni dan ada pula yang sangat berbeda.
Sebagian dari saintis ada pula yang berasumsi bahwa pada suatu saat nanti, semesta—bisa jadi—akan berhenti memuai dan sebagai dampaknya, ia akan membeku. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pergerakan semesta akan berbalik arah, ia akan kembali menjadi sebuah titik. Sebagai dampaknya, ia akan semakin panas dan membakar dirinya sendiri.
Oleh karena itu, solusi dari persoalan tentang akhir dari alam semesta dan andai di bumi terjadi ledakan penduduk karena umat manusia hidup abadi di masa depan yang ditawarkan adalah mencari semesta yang baru untuk ditinggali atau bahkan yang terekstrim menjelajah waktu. Bagaimana mungkin?
Solusi ini didorong oleh beberapa penemuan:
- Ditemukannya partikel Tuhan (higgs boson) beberapa tahun silam, tepatnya pada Selasa, 3 Juli 2012, yang menjadi tonggak sejarah perkembangan fisika partikel.
- Ditemukannya bukti keberadaan gelombang gravitasi yang juga menjawab teka-teki tentang blackhole atau lubang hitam hingga konsep ruang dan waktu.
Kedua penemuan tersebut makin mengukuhkan teori-teori Einstein termasuk juga kemungkinan untuk menjelajahi waktu.
Krauss mengatakan bahwa jika medan partikel higgs-boson dimanipulasi dalam area yang besar sehingga memiliki energi, akan terjadi energi gravitasi yang repulsif. Akibatnya, benda-benda di alam semesta ini akan bergerak lebih cepat dari cahaya.
Seorang professor bernama Frank Tipler mempublikasikan sebuah jurnal tentang cara membuat mesin waktu. Jurnal tersebut berjudul Tipler Cylinder, yang telah dipublikasikan pada tahun 1974 . Mesin ini mampu membawa kita ke masa lalu.
Untuk membuat mesin waktu menurut Tipler, yang pertama dilakukan adalah membuat silinder yang sangat besar, kira-kira berdiameter 100 kilometer. Silinder ini pun harus memiliki massa yang sangat besar, dan sangat padat.
Jika sudah terpenuhi, silinder tersebut harus berputar dengan sangat cepat, hingga mampu mengganggu susunan ruang dan waktu. Jika hal ini sudah terpenuhi, maka gelombang gravitasi akan muncul. Teorinya, jika ada seseorang yang mampu mengikuti putaran dari silinder ini, ia akan masuk ke masa lalu karena waktu yang berjalan maju, akan berjalan mundur di sana. Semakin lama seseorang mengikuti rotasi silinder, maka semakin jauh ia akan mundur bersama waktu.
Namun, permasalahan yang muncul kemudian. Ilmuwan tidak menampik bahwa perjalanan waktu dapat menimbulkan konsep terlarang yang dinamakan paradoks. Paradoks perjalanan waktu adalah teori yang menyatakan bahwa dua buah entitas yang sama tidak bisa dipertemukan dalam satu ruang dan waktu yang berbeda. misal seseorang melakukan perjalanan waktu ke masa lalu dan bertemu dengan versi remaja orang tuanya yang sedang berpacaran dan tanpa kamu sadari, tindakanmu di masa itu menjadikan mereka tidak menikah di kemudian hari dan tentunya kamu tidak akan pernah dilahirkan. Lalu timbul konsep paradoks, anak dari siapakah kamu?
Ada beberapa paradoks perjalanan waktu lain yang cukup terkenal saat ini.
- Grandfather Paradox
Konsep paradoks ini merupakan yang paling populer. Singkatnya kamu melakukan perjalanan waktu dan membunuh kakekmu karena di masa dimana kamu berada kakekmu melahirkan generasi keluarga yang telah menghancurkan peradaban manusia. kamu melakukan pembunuhan pada masa sebelum ayah atau ibumu lahir atau sebelum kakekmu bertemu dengan nenekmu, maka ayah atau ibumu tidak pernah dilahirkan dan efeknya adalah kamu tidak akan pernah melakukan perjalanan waktu ke masa lalu untuk membunuh kakekmu. Lalu jika kamu tidak pernah melakukan perjalanan waktu ke masa lalu untuk membunuh kakekmu, maka kakekmu hidup, ayah atau ibumu dilahirkan dan kamu akan terlahir. Lalu kamu kembali ke masa lalu untuk membunuh kakekmu. Paradoks ini menciptakan “looping timeline”.
- Predestination Paradox
Inti dari paradoks ini adalah bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan (predestined) dan tidak dapat diubah karena sejarah telah mencatat bahwa suatu kejadian pasti akan terjadi dan tidak bisa diubah. Predestined paradox didesain untuk menciptakan kejadian yang sama sebagaimana seharusnya. Time traveler melakukan perjalanan waktu ke masa lalu untuk mengubah suatu event namun usahanya itu malah membuat ia kembali ke masa lalu untuk mengubah event tersebut. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada event yang diubah. Jadi kita tidka bisa menyelamatkan JFK dari pembunuhan, tidak bisa membunuh Hitler sebelum ia berkuasa, tidak bisa menghentikan perang dunia dan semua event yang tercatat dalam sejarah dan memang harus terjadi. Contohnya: jika pernah menonton film Time Machine (2002) kita akan melihat contoh predestined paradox. Dalam film ini diceritakan bahwa Alexander Hartdegen, seorang ilmuwan, kehilangan tunangannya, Emma, karena terbunuh dalam perampokan. Kejadian ini membuatnya membangun mesin waktu untuk menyelamatkan tunangannya. Mesin waktu ini ia gunakan untuk kembali ke masa lalu untuk mencegah kematian tunangannya. Namun, kematian tersebut tidak dapat dihindari. Setiap kali ia kembali menyelamatkan tunangannya, justru ia melihat tunangannya meninggal dengan cara yang berbeda.
- Bootstrap paradox
Paradoks ini menyebabkan ketidakjelasan atau inkonsistensi suatu objek maupun sebagai efek dari perjalanan waktu. Misal di masa sekarang kamu adalah seorang ilmuwan dan membaca gagasan, ide mengenai teori relativitas milik Einstein. Lalu kamu mencoba untuk melakukan perjalanan waktu dengan kembali ke masa lalu dan mengajarkan teori ini kepada Einstein jauh sebelum ia menemukan teori itu. lalu muncul pertanyaan siapa penemu teori itu?
Jika kamu adalah jawabannya maka tentu tidak karena kamu membaca ide yang diciptakan oleh Einstein. Jika einstein adalah penemunya tentu tidak juga karena ia diajarkan olehmu yang kembali ke masa lalu.
- Butterfly Effect Paradox
Konsekuensi perjalanan waktu dan tindakan yang dilakukan saat berada di masa lalu bisa menyebabkan efek dalam skala besar di masa mendatang.
Misal kamu adalah seorang penggemar film Stars Wars dan Indiana Jones, melakukan perjalanan ke masa lalu untuk bertemu dengan George Lucas. Namun karena suatu hal kamu malah membuatnya berhenti belajar di sekolah film hingga hal ini berdampak di masa depan. Star wars dan indiana jones tidak pernah diproduksi dan teknologi yang saat ini tercipta karena inspirasi dari film Star Wars tidak pernah ada.
Terlepas dengan adanya serangkaian paradoks tersebut, teknologi tetap dikembangkan. Meskipun melalui makalah terakhirnya, Hawking menyadari kemungkikan tesis multiverse menimbulkan pro dan kontra di dunia ilmiah. Untuk itu, dia mengawali argumennya dengan mengungkapkan: “Saya tidak pernah menjadi penggemar dari multiverse.” Meskipun demikian, fakta menunjukkan bahwa beberapa karyanya di bidang kosmologi meramalkannya. Dia tidak suka multiverse, sebagai teori, karena sedikit anti-ilmiah. Pada kesempatan lain, dia pernah menyebut bahwa multiverse mewakili akhir dari pencarian sains.
Mengapa tesis multiverse tidak populer? Jawaban ringkasnya menurut Hawking dan Hertog adalah teori multiverse memprediksi hal-hal yang tidak bisa kita lihat atau diamati secara langsung. ‘’Jika teori ilmiah Anda memprediksi sesuatu yang tidak pernah bisa diuji, ia berhenti menjadi sains. Itu filosofinya,” tegas Hawking.
Multiverse tidak memuaskan dari kacamata nalar ilmiah biasa. Ini menunjukkan bahwa hukum yang mengatur alam semesta kita tidak lagi memiliki makna istimewa Mereka hanya satu permutasi acak pada fraktal realitas tak terbatas.
“Jelas itu sangat tidak memuaskan,” tambah Thomas Hertog, seorang fisikawan di Universitas Katolik Leuven di Belgia yang ikut menulis makalah bersama dengan Hawking. “Mengapa tidak memuaskan? Karena hukum alam yang kita amati di alam semesta kita menjadi tidak banyak berfungsi. “Menerima konsep multiverse berimplikasi kita menyerah pada pencarian untuk memahami tentang spesialisasi alam semesta kita,’’ tegasnya.
“Beberapa orang menyukai multiverse sebagai penjelasan, dan kami tidak puas dengan itu,” kata Hertog. Model matematis Big Bang memprediksi multiverse menunjukkan “teori itu tidak baik.’’ Maka, kata mereka, ‘’kami kembali ke teori Big Bang dengan revisi perbaikannya.”
Meskipun demikian, sebagai jalan keluar dari jabatan konsep inflasi abadi, fisikawan Hawking dan Hertog tetap membuat simulasi model matematika tingkat tinggi. Keduanya memadukan pendekatan matematika euclidan, fractal dan supersimetri yang terbilang sangat rumit.
Tetapi, ringkasan dasarnya sebagai berikut. Ada konsep dalam fisika yang disebut holografi, yang menemukan bahwa alam semesta tiga dimensi kita dapat direpresentasikan dalam dua dimensi. Dan dalam representasi dua dimensi, semua model matematika yang membantu menjelaskan hukum alam kita masih dapat berlaku. Sebelumnya, kita mungkin pernah mendengar tentang gagasan bahwa alam semesta adalah hologram. Ini adalah konsep yang muncul dari teori string atau supersimetri.
Model holografi, kata Hertog, memungkinkan Hawking dan dirinya merombak model matematika Big Bang. Dan dengan pendekatan matematika baru ini, pola fraktal dari semesta-semesta ‘saku’ menjadi hilang. Eksistensi ketidakterbatasan model menjadi “lebih terbatas, lebih seragam,” katanya.
Pendeknya, dengan revitalisasi model Big Bang, keduanya menyimpulkan bahwa mungkin masih ada lebih dari satu alam semesta, tetapi bukan jumlah yang tak terbatas. Dalam model Big Bang terbaru ini, eksistensi multiverse menjadi lebih bisa diatur, lebih bisa diketahui, meski harus diakui alam semesta masih tetap dipenuhi misteri yang belum terungkap.
Meskipun simulasi model matematika dari makalah tersebut telah diperiksa, kesimpulannya masih jauh dari terbukti. “Lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk membuktikan dugaan ini,” kata Hertog. Dia mengatakan apa yang dilakukan oleh dua fisikawan ini baru berupa “garis besar” perlu paradigma baru memahami Big Bang.
Untuk membuktikan tesis barunya, mereka mengaku membutuhkan bukti langsung dari jejak-jejak Big Bang, yang mungkin masih terekam dalam gelombang gravitasi. Gelombang gravitasi sejatinya merupakan ekspresi dari jejak rekam dani dinamika riak dalam ruang dan waktu dari alam semesta.
Seperti diketahui, beberapa tahun lalu (2016/2017), para ilmuwan berhasil mendeteksi secara eksperimental adanya gelombang gravitasi dari sebuah peristiwa ledakan bintang yang bertumbukan sekitar 3 miliar tahun yang lalu. Mereka, para ahli fisika dan kosmologi, belum berhasil mendeteksi banyak gelombang gravitasi primordial yang lebih tua, meskipun pencarian gelombang kuno itu sedang berlangsung.
Kelak, jika ekspresi gelombang gravitasi berhasil ditemukan, garis besar paradigm baru Big Bang bisa dilengkapi dengan garis halus dan arsirannya. Dengan begitu, dapat pula diuji seberapa sahih tesis baru multiverse yang diajukan Hawking dalam makalah terakhirnya.
Dan dengan semakin berkembangnya teknologi juga, saat ini para saintis juga sedang memikirkan kemungkinan untuk menemukan hunian baru. Sebagai langkah awal, mereka sedang mempersiapkan ekspedisi ke Mars—sebuah proyek untuk bermukim di sana. Bukan lagi hewan melainkan manusia. Proyek ini, master plan-nya dirancang oleh Buzz Aldrin, ditargetkan bakal terealisasi pada tahun 2039.
Jadi, mari kita tunggu saja. Jika beberapa dekade ke depan manusia benar-benar bisa mewujudkan semua ambisi itu, kita pun tak lagi ragu bahwa istilah “penjelajah waktu” dan “penjelajah ruang” akan benar-benar ada—dan barangkali kitalah salah satu dari mereka. Bagaimana menurut kalian dua skenario di atas? Apakah kalian tertarik menjadi manusia abadi atau pergi ke masa lalu dan masa depan atau tinggal di Mars?(*)
REFERENSI
https://youtu.be/hsz5hR63Dh4 (Can We Live Forever Documentary)
https://youtu.be/hKjvL6ugpKU (Michio Kaku-Immortality, Space, AI Documentary)
https://youtu.be/0NbBjNiw4tk (Michio Kaku-The Universe in a Nutshell)
https://youtu.be/wkFtXtVVcyQ (National Geograhic: Time Travel Truth)
https://youtu.be/t-hLXEPVmSI (Time Travel Paradox)
https://youtu.be/XayNKY944lY (Solution to The Grandfather Paradox)
https://youtu.be/5mI2KSeto4M (The Bootstrap Paradox)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Inflasi_(kosmologi)
https://momobil.id/news/apa-itu-mobil-otonom-ini-dia-penjelasannya
https://tirto.id/terapi-stem-cell-dan-berharganya-sel-manusia-cymR
https://m.detik.com/inet/cyberlife/d-3702713/stephen-hawking-mesin-waktu-bukan-hal-mustahil-tapi
https://sains.kompas.com/read/2017/05/10/20060021/inilah.rumus.matematika.untuk.mesin.waktu
https://www.idntimes.com/science/experiment/amp/dede-surya-pradipta/4-paradoks-ini-akan-terjadi-jika-time-traveling-benar-benar-nyata-c1c2
*Esai pemantik diskusi di atas kemungkinan besar akan direvisi sesuai bentuk terbaiknya ketika akan dibukukan dalam Bunga Rampai Esai Lingkaran kelak.